Tentang Memimpin dan Jadi Pemimpin – Pemimpin, as you know, tugasnya menjadi yang terdepan dan yang paling bertanggung jawab. Sebenarnya menjadi pemimpin adalah sebuah beban. Ya, bagaimana tidak. Bertanggung jawab pada diri sendiri saja memiliki tantangan tersendiri. Bagaimana dengan memimpin yang lain. Terutama memimpin banyak orang?
Pengalaman Pribadi Menjadi Pemimpin
Pengalaman memimpin saya yang paling nyata mungkin ‘memimpin’ rumah. Sebagai seorang istri, harus memanajemen segala sesuatu di rumah. Mengurus anak dan suami. Memastikan semua tercukupi dan flow rumah berjalan baik. Being a homemaker adalah tugas utama saya sekarang.
Ya tugas istri dan ibu rumah tangga bukan cuma memasak dan melakukan tugas domestik rumah. Dia adalah managing director rumahnya sendiri. Tentunya di bawah izin dan pengawasan suami.
Mengurus komunitas yang dimulai pun boleh dibilang jadi pemimpin. Menjadi ‘motor’ atau ‘mesin’ sekumpulan ibu-ibu yang butuh penyaluran hobi dan berkreasi dalam bentuk tulisan blog.
Mengurusnya gampang-gampang susah. Ngga bisa terlalu ambis, ngga bisa terlalu santai. Karena dasarnya semua dilakukan atas dasar minat dan kesukaan. Ngga ada yang dibayar. Jadi buang jauh deh egoisme dan ke-aku-an.
Pengakuan Mau Jadi Pemimpin Karena Alasan Yang Salah
Membaca tulisan mengenai anak SMA yang membayar demi di-vote sebagai ketua OSIS, saya jadi teringat bahwa dulu saya pernah lho daftar dan ikutan pemilihan anggota OSIS. Dan ternyata kalau mau ditilik lagi, alasan saya bukannya karena peduli sama anak-anak SMA saya. Tapi .. karena it will look good on my resume!
Mungkin itu aktivitas ambis saya yang termasuk paling awal, selain dari ingin jadi ranking kelas waktu SMP. Rencana saya itupun ngga berjalan mulus. Tapi deep down saya pun ngga heran. Karena niat saya yang kurang tulus.
Kalau dipikir-pikir, meskipun saya ngga sampai bayar atau menyogok demi terpilih, tapi dari niat saja udah ngga murni. Bagaimana jadinya nanti kalau beneran terpilih? Bisa jadi saya mengesampingkan hal-hal yang seharusnya saya lakukan demi keinginan pribadi.
Harapan Untuk Pemimpin Indonesia
Demi menaklukan tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog Februari 2024 ini, saya mau menitipkan pesan dan doa untuk pemimpin Indonesia yang akan jadi orang nomor 1 di negeri ini. Sesungguhnya untuk menulis ini banyak pergolakan batin, selain juga karena kesibukan pindahan dan rutinitas lainnya.
Tapi saya putuskan untuk mengubah pesan saya jadi doa. Karena doa itu senjata dari seorang muslim. Sudah sering terbukti, doa-doa saya Alhamdulillah jika diniatkan dengan ketulusan hati, bisa terjadi insya Allah.
Untuk pemimpin Indonesia (di tahun 2024 ini), telah digariskan untukmu memimpin negeri kepulauan ini. Saya berdoa dengan kemenangan ini tidak lupa akan beban dan tanggung jawab sesungguhnya. Saya harap Bapak pemimpin Indonesia bisa mencintai dan menghargai pesona dan indahnya negri kita, the beauty of the people dari keramahan hingga keberagamannya. Dari kekayaan alamnya dan segala potensinya.
Saya jadi ingat ada sebuah pernyataan saat saya sekolah dulu yang bilang bahwa Indonesia memiliki masyarakat dengan berbagai kelas ekonomi dan kultur juga budaya. Sehingga ketika memimpinnya tentu bukan hal yang mudah. Saya masih ingat itu sampai sekarang dan boleh dibilang saya setuju dengan pernyataan itu. Semoga Bapak pemimpin kita yang baru tidak meninggalkan kelas-kelas tertentu, adil dan mempertimbangkan segala kebijakan hingga ke pelosok Indonesia yang terpencil dan dilupakan.
Saya berdoa semoga pemimpin Indonesia kini memiliki niat yang murni demi kemajuan bangsa. Menyayangi rakyat di seluruh lapisan, hingga ke lapisan bawah yang susah payah mencari sebulir nasi. Dan anak-anak yang susah payah mendapatkan pendidikan dari akses internet yang sulit (atau bahkan tidak ada) sampai jalur ke sekolah yang penuh rintangan.
Dan saya berdoa Pemimpin Indonesia kini memiliki ketakutan akan kuasa-Nya. Sadar bahwa semua berasal dari-Nya dan semua adalah titipan-Nya. Segala yang ada di dunia ini sebenarnya bersifat sementara.
Semoga Bapak pemimpin Indonesia diberi petunjuk dan kemudahan dalam melaksanakan tugasnya, sesuai dengan doa-doa saya di atas. Aamiin.
Harapan teh Adnina adalah harapan aku juga. Pastinya harapan rakyat Indonesia secara luas.
Obrolanku dengan suami di meja makan keluarga, di antaranya membahas betapa luasnya Indonesia. Penduduknya 280 juta itu besar sekali. Betapa kaya sumber daya alamnya dan budayanya. Semoga semakin menjadi bangsa yang bermartabat ya …
Salam semangat.
Ikut mengaminkan doa-doa Andina untuk pemimpin Indonesia terpilih.
Aamiin aamiin ya Rabb. Harapan Andina bisa nembus ke langit. Indonesia akan memiliki pemimpin yang demikian. Semoga…
Aamiin yaa rabbal alamiin
Aku suka deh sudut pandang teh Andina di posting ini. Sebelum berharap, refleksi dulu ke diri sendiri sebagai pemimpin. Jadi saat menuntut bisa realistis.hehehe. Turut mengaminkan doa-doanya teh, semoga kita dapat pemimpin yang sayang sama bangsanya.