Produktif Bergabung di Komunitas-Komunitas Ibu – Sebagai seseorang yang introvert, tak pernah terbayang waktu saya muda kalau saya mau bergabung ke sebuah komunitas. Maklum, aslinya saya anak rumahan dan sudah cukup happy dengan dunia sendiri.
Tapi setelah menjadi Ibu, rasanya keberadaan komunitas terasa lebih berharga. Malah, seharusnya saya sejak lama bergabung ke sebuah komunitas after jadi Ibu. Yang saya rasakan hawa komunitas ibu rasanya lebih sehat dibandingkan waktu saya single. Mungkin karena komunitas ibu rumah tangga sudah merasakan beratnya medan kehidupan? Hehe.
Waktu belum berkeluarga, rasanya dalam komunitas selalu ada konflik kepentingan, eksklusivitas dan unsur bisnis. Hmmm, pass ya kalau yang kaya gini.
Komunitas Yang Saya Sayangi
Sebelum Masuk Komunitas Ibu-Ibu
Sebuah geng atau grup bukanlah komunitas. Tapi kelompok pertama yang buat saya nyaman berada di dalamnya adalah klub drama waktu SMP. Terbentuknya juga tanpa sengaja, karena tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
Berada dalam grup ini memaksa saya keluar dari zona nyaman dan belajar mengekspresikan diri. Yang buat fun juga teman-teman di dalamnya yang karakternya menyenangkan. Hingga awal SMA masih ada meeting namun lama-kelamaan bubar.
Setelah itu, rasanya nggak ada komunitas yang buat saya nyaman. Pernah beberapa kali ikutan komunitas foto maupun komunitas blogging, namun rasanya nggak ada yang benar-benar pas.
Sebelum 2020, pernah ikut komunitas blogger luar negri yang akhirnya agak CS-an lah sama blogger luar. Namun lama-lama lenyap. Yang aktif tetap aktif, yang tidak ya sudah zone out.
Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis
Pernah saya sebut sebelumnya awal mula saya ngeblog lagi dan menemukan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis. Menurut saya, komunitas menulis online ini cukup positif dan terarah. Bikin saya termotivasi menulis. IIDN tak hanya untuk blogger, tapi juga ibu-ibu yang suka menulis dan membaca buku.
Kalau dulu saya merasa nggak mampu ngeblog karena sibuk mengerjakan tanggung jawab sebagai Ibu, rasanya terpatahkan mindset itu melihat Ibu-Ibu disini semua sama. Bahkan mereka ada yang wanita karir, bekerja kantoran dan punya anak lebih banyak. Kok bisa konsisten menulis dan blogging, ya? Semua ada motivasi sendiri. Tentu kita tidak tahu di balik dapur, pengaturannya kembali ke masing-masing.
Sampai sekarang, komunitas ini masih memotivasi saya. Jadi ‘kenal’ Ibu-Ibu lain yang berpotensi jadi teman dekat. Sempat dapat job blog juga. Bahkan saya yang sempat malas ikut lomba blog, berakhir menang. Mantaplah IIDN ini.
Komunitas ITB Motherhood
Waktu baru menikah, saya disarankan masuk ITB Motherhood. Karena seorang teman bilang bahwa di komunitas ini suka jualan barang rumah dengan harga miring kondisi masih bagus-bagus. Sebenarnya ITB Motherhood ada karena ingin sebagai komunitas ibu hamil dan ibu baru. Lama-kelamaan berkembang seperti sekarang.
Saya belum pernah beli barang rumah sampai sekarang dari ITBMH. Tapi kini saya merasa beruntung masuk grup ini karena ibu-ibu ini saling support. Mau curhat, cari barang, butuh di up dagangannya, didukung. Adminnya pun cukup ketat bahwa tidak boleh ada anggota yang toxic.
Menurut saya, seorang Ibu haruslah punya komunitas positif seperti ini. Sebuah circle yang aman dan saling bantu. Merasa beruntung join ITB Motherhood.
Komunitas Mamah Gajah Ngeblog
Kini malah saya jadi admin salah satu subkomunitas ITB Motherhood. Awal mula terbentuknya serba tak sengaja. Kalau boleh jujur, sebenarnya rasa ke Mamah Gajah Ngeblog bukan ke rasa cinta tapi ke peduli. Inginnya tuh MGN memotivasi ibu-ibu alumni yang mau ngeblog.
Alhasil, saya ikut nulis tantangan per bulan demi mengajak yang lain aktif nulis. Sekalian menambah tulisan di blog, jadi lebih bervariasi. Pengalaman jadi juri beberapa kali buat wawasan menulis tambah kaya, bagaimana tulisan jadi disukai juri dan ketelitian dalam melaksanakan ketentuan. Ide sistem penjurian ini dicetuskan Teh Shanty, mamah master yang langganan juara tantangan MGN.
Alhamdulillah suka masuk 10 besar dan dapat hadiah, yang kata member admin lain termasuk earning from writing. Wow, happy dibilang begitu. Thanks juga bagi pihak yang memberikan hadiah.
Diluar dugaan saya malah ‘ketemu blogger-blogger lain’, ibu-ibu yang merestorasi kembali kemurnian saya dalam menulis. Saya bersyukur karena MGN bisa membelokkan saya jadi lebih jujur dan sepenuh hati dalam ngeblog. Sesuatu yang dirindukan salah satu pembaca lama yang mengeluhkan tulisan saya akhir-akhir ini.
Karena ini komunitas blogging, saya juga usulkan ada website-nya. Tak disangka, ibu-ibu anggota ada yang langganan menulis setiap bulan. Mereka semangat menulis dengan niche masing-masing. Senang melihat semangat mereka. Padahal Ibu-Ibu ini angkatan ’80an dan’ 90an, lho! Semoga masih semangat menulis seperti mereka kalau sudah lebih senior umurnya.
Meng-admin komunitas ibu-ibu buat saya sadar bahwa ada garis balance bahwa ibu tetap harus jadi ibu di keluarganya, tapi untuk meluangkan waktu untuk hobby butuh kesediaan dan kebisaan. Tak bisa dipaksa, juga tak bisa membiarkan malas menang. Semua kembali ke pribadi masing-masing. Apalagi kita masuk di masa pandemi, bukan masa yang mudah.
Namun jujur lagi, saya lagi cari partner-partner admin sehingga MGN lebih baik lagi, insya Allah (sekalian iklan ceritanya, nih). Kalau ada pengalaman mengelola komunitas dan mau komitmen meluangkan waktu untuk MGN, hayuk. Kalau minat dan sudah jadi anggota, segera hubungi saya 😉
Penutup
Bagi saya era pandemi memiliki sisi privilege. Saya jadi banyak berkenalan komunitas di dunia maya, ibu-ibu dan blogger-blogger lain. Alhamdulillah, saya terbantu khususnya dalam 2 tahun terakhir ini. Semoga saya bisa kopdar sama ibu-ibu hebat yang saya temui di komunitas-komunitas ini.
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Boleh komentar kalau ada masukan untuk MGN atau berpendapat apa saja yang positif.
Tulisan ini dibuat demi memenuhi tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober 2021.
Lebih dari 1 ya, mbak ndin ikut komunitasnya, mayan banyak menurutku euy.
Aku baru 1 aja ini, mbak ndin. Baru IIDN saja.
Ohh gitu toh perjalanannya sampai teh Andina jadi admin di MGN. Yang tadinya introvert malah jadi penggerak ibu2 yang lain ya teh ❤
wah seru banget ya Ma, nanti kalo aku udah nikah mau join juga ah 😀
hehe aku juga introvert lho Andina, dan telat banget baru gabung-gabung komunitas malah baru sekarang. Setelah kuliah kerja nikah, sibuk sama dunia sendiri, dan sama seperti yang Andina bilang, cukup happy dengan dunia sendiri.
MGN ini komunitas pertama yang aku gabung di luar circle sekolah dan lainnya, ternyata menyenangkan juga hehe.
Saat ini saya berada di posisi yang sama dengan posisi teteh saat baru bergabung dengan IIDN. Maksudnya skrg saya sering merasa nggak mampu untuk konsisten menulis di blog karena urusan domestiknya IRT. Hehe.. Semoga dgn gabung MGN saya bisa makin termotivasi dan makin rajin lagi nulisnya, sama kaya teteh yg skrg sdh konsisten menulis di blog.
Saya tuh introvert juga, makanya meski ikut banyak komunitas tapi cuma jadi silent reader aja, huhuhu…
Salut sama teh andina, meski introvert bisa menggerakan mamah-mamah gajah untuk semangat ngeblog…
wah teh andina ikutan juga di iidn …
awal berdiri aku pernah diminta jadi narsum bedah rumah setiap pekan sekali ada diskusi by fb
sekarang udah gak ada lagi he3 …
agak jarang buka iidn malah sekarang sering share artikel di keb
salam semangat
aku baru belajar berkomunitas setelah anak mulai besar malahan, dari dulu ngeblog tapi ga kepikiran buat nyari komunitasnya. Mungkin aku introvert, mungkin juga pemalas hahaha. Tapi memang setelah bertemu komunitas yang punya passion yang sama, rasa malas bisa digeser dengan mulai rajin dan belajar konsisten. Makanya nih pas baca mau terbentuknya MGN, aku langsung gak pake ragu bergabung, dan senang bisa berasa muda lagi karena semua serasa baru lulus kemarin dari institut cap gajah, hehehe….
Hehe sama kita ya teh. Aku juga jadi penanggungjawab Tantangan di KLIP jadi ikutan tantangan biar yang lain semangat. Ya itulah sumbangsih kepedulian buat kaum ibu, meski gak ketemu langsung tapi kita mau saling menyemangati 🙂
Aku mampir dulu ke post blog komunitas blogger luar negeri sebelum nulis komen di sini. Jadi tau kalau ada yang seperti itu. Selama ini taunya yang lokal-lokal saja.
Pingback: Naik-Turun Emosi di Januari dan Kenapa Balik Ngeblog
Pingback: Pengalaman Berkesan Mendesain E-Certificate Dengan Canva - Sunglow Mama
Pingback: ✓Review Buku Eat That Frog oleh Brian Tracy - Sunglow Mama