Refleksi Blogging 2025

refleksi blogging 2025

Refleksi Blogging 2025 – Sudah Desember dan saya baru saja memperpanjang hosting blog ini. Rasanya dua tahun ini kalau dihadapkan pilihan untuk memperpanjang hosting, saya selalu merenung apa ke depannya saya akan tetap ngeblog?

Seringnya saya yang suka tidak siap kalau ternyata saya nggak ngeblog, untuk melepas ruang untuk menulis dan berbagi. Memang beberapa bulan ini saya aktif menulis mengenai journaling, yang sebenarnya ngga membutuhkan ruang publik. Adapun bisa pakai sosmed. Tapi tentu saja blogging berbeda dengan sosmed. 

Oh ya awal tahun saya membahas nulis apa di tahun 2025. Namanya juga goal jadi ada yang miss. Ada, tapi nyangkut di draf karena mengandung banyak iklan. 

Apa saja pikiran saya mengenai ngeblog di tahun 2025? Mengingat sepertinya saya nggak akan banyak ngeblog di Desember jadi ya saya menulis refleksi di momen ini. Ini dia:

‘Bermain-main’ dengan Artificial Intelligence (AI)

Sejak tahun 2023, AI mulai marak digunakan. Tapi baru tahun ini saya agak sering memakainya untuk ngeblog. Terlebih sejak menulis topik ini di web MGN. 

Saya ingin menekankan bahwa AI memang tools yang berguna untuk beberapa hal. Tapi ‘motor’ atau otaknya tetaplah kita. 

Plis janganlah terlalu copy paste dari AI. Karena terkadang mereka membuat kesalahan. Dan pembaca setiamu akan tahu bahwa tulisanmu adalah tulisan AI.

Menulis juga berguna untuk membuat otak kita tetap cerdas. Jangan kasih benefit itu ke AI. 

Tapi saya juga memanfaatkan AI untuk mengecek tulisan saya dan sedikit riset. Meskipun tentu saja saya harus cek ulang sumber-sumbernya.

Membuat Produk Digital itu Seru, Promosinya Berbeda Lagi

Tahun 2025 sangat spesial karena saya akhirnya secara resmi membuat produk digital untuk dijual. Pengalaman yang cukup berharga. Karena statusmu berubah dari blogger, ke digital product maker juga ke marketing/promoter. 

Tentu saja, pengalaman ini buat saya belajar membuat jurnal yang nyaman digunakan. Bukan cuma sekedar membuat worksheet, seperti yang sering saya buat untuk homeschooling anak saya. Tapi jurnal yang menarik dipakai dan longlasting

Namun, setelah produk jadi ada berbagai hal yang harus diperhatikan. Seperti format PDF, digital stamp, deskripsi produk, judul yang SEO-friendly, bundling produk dan harga. 

Nah, habis itu juga harus mempromosikan produk. Kamu bisa baca lebih detil di tulisan-tulisan ini: launching mentari journal dan digital product week.

Intinya, saya agaknya harus memegang bendera putih untuk bagian promosi di sosmed. Apalagi saya lagi mau mengurangi waktu layar. Jadi agak kontradiktif.

Ke depannya? Saya ngga menutup diri buat produk digital lagi. We’ll see.

  • invisible-sunglow-mama-1.jpg
  • bisnis-digital-untuk-ibu-rumah-tangga-sunglow-mama.jpg
  • digital product week
  • featured-image-sunglow-mama_never-let-me-go.jpg
  • self-love-journaling-untuk-ibu-sibuk-1.jpg

Menulis dengan Riset Terasa Lebih Berbobot dan ‘Resmi’

Entah kenapa, blogging di tahun 2025 rasanya seperti menyelam ke laut yang lebih dalam. Terutama dari tantangan blogging MGN, dari yang bulanan hingga Level Up. 

Karena satu dan lain hal saya jadi riset untuk tulisan, dan akhirnya tulisan (eh ini apa aku aja yang ngerasa ya) terasa lebih ‘ke akarnya’. Ibarat mengupas layer/lapisan ke dalam lagi. 

Tulisan-tulisan seperti membahas versi novel dan film ‘Never Let Me Go’ dan Ketidaksempurnaan Malah Buat Karya Sempurna di balik pembuatannya agak rumit. Saya jadi menjelajah ke sumber-sumber yang nggak disangka-sangka bisa ‘jalan-jalan’ ke situ. Alhamdulillah rasanya tulisan lebih matang, insya Allah.

Oh ya, menulis tulisan berseri Rupa-Rupa Nusantara juga tidak mudah. Temanya Nusantara, dan saya memberanikan diri menulis tentang kuliner. Alasannya karena saya ngga sejago itu dalam topik sejarah.

Tapi bukan berarti saya juga ngga riset di seri ini, justru sebaliknya. Pengalaman menulis ini mungkin membantu saya berkembang sebagai penulis, insya Allah.

Jujur dengan Diri Sendiri dan Gali Lebih Dalam Keingintahuanmu

Mencari topik blogging untuk ditulis kini rasanya seperti mencari Ilham atau mencari hilal. Sebenarnya tidak perlu begitu. Ngeblog harusnya bisa saja menulis hal-hal sederhana, di sekitar kita maupun cuma pendapat kita. 

Misalnya, topik ‘bagaimana kalau 1 hari ada ekstra 8 jam, mau melakukan apa?’ atau ‘siapa orang hebat yang mau kamu ajak makan malam?’. Namun meskipun topik-topik ini seru (dan mungkin harus saya coba di lain waktu), pemilihan topik blogging saya harus lebih strategis. Karena waktu senggang yang sempit dan ada gol pribadi. 

Mungkin saya telah membuat keadaan lebih rumit dari seharusnya dengan standar tersendiri ini. Mungkin juga kepala saya penuh ini-itu hingga bingung mau nulis apa. Yang jelas, saya berusaha jujur dengan yang ditulis dan mengikuti minat saya. 

Alhamdulillah, tahun ini saya lebih senang menggali mengenai journaling dan bagaimana berjalan beriringan dengan AI. Bukankah blog terasa lebih otentik dengan pendapat personal dan topik yang memang kita sedang senang bahas?

Entahlah. Kamu sendiri gimana?

Gemar Berbagi di Blog, Mempromosikan Aktivitas atau Dirimu Sendiri?

Karena saya jadi lebih serius journaling, saya membandingkannya dengan blogging. Beberapa orang bisa saja menggabungkan keduanya, blogging dijadikan tempat ngejurnal. 

Tapi kalau kamu menggunakan journal untuk refleksi diri seperti saya, tentunya akan membahas hal-hal private. Dan hal-hal itu ngga bisa dibagikan di blog karena bisa dibaca publik. 

Baru tahun ini saya jadi semakin yakin bahwa blogging sangat relate dengan keinginan menunjukkan diri. Tentu dalam hal yang positif, bisa bagus. Tapi berlebihan menunjukkan diri tentu saja tidak bagus. Apalagi bisa saja kita over sharing sesuatu hal

Atau malah jatuhnya riya (pamer) (psst maaf ya kalau tulisan-tulisan saya sebelumnya riya detected disengaja maupun tidak, sungguh saya jadikan ini bahan perenungan khusus selama beberapa bulan ini dan ingin memperbaiki diri).

Beberapa bulan lalu saya juga baru tahu ada yang namanya purpose journal. Sebuah jurnal yang ditujukan untuk menulis kegiatan yang kita mau lakukan dan niatnya. Tujuannya agar kita selalu meluruskan niat melakukan sesuatu demi hal yang benar. 

Seperti beribadah, mendekatkan diri pada-Nya atau hal positif lainnya. Menurut saya, meski kita mungkin tak perlu sampai mengisi jurnal niat, penting untuk aware dengan niat kita sebelum melakukan sesuatu. Benarkah untuk hal-hal yang kita anggap tujuan asli, atau ada alasan yang lebih dalam lagi? 

Intinya adalah untuk lebih bijak dan peka dalam membagikan hal-hal yang kita tulis.

What’s Up Next?

Saya sungguh nggak tahu ke depannya mau ada rencana apa. Yang jelas saya punya keinginan membuat e-book untuk dijual. Tapi masih maju mundur melakukannya. 

Yang jelas saya tenang karena tahu masih ada blog. Untuk menjadi ruang saya mengekspresikan diri lewat tulisan. Juga semoga tetap semangat ngeblog seperti Mbak Dian Restu Agustina

Terima kasih untuk pembaca setia blog ini. Apa pendapatmu tentang bahasan di tulisan ini? 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Scroll to Top