Berinvestasi Dengan Kebaikan Dalam Islam – Ini kisah nyata. Seorang wanita berusia akhir tigapuluhan sedang mau naik bus menuju pulang, ketika ia bertemu dengan karyawan sekantor. Ia tidak begitu kenal dengan wanita yang lebih tua ini, tapi dia tahu ia kerja di departemen sebelah ruangannya. Si wanita rekan kerja terlihat murah senyum. Dan, ia membalas senyumannya dengan baik. Mereka mengobrol sedikit dan memutuskan duduk bersebelahan di dalam bus.
Dalam hati, si wanita berpikir, “Buat apa harus ramah-tamah, ya? Kadang waktu penat begini, pengennya menyendiri saja dan menikmati perjalanan pulang.” Lalu dia buru-buru menepis pikiran itu, “Ya, tidak apa-apalah. Berbuat baik dengan rekan kerja ‘kan pahala, walaupun jarang berinteraksi. Apa salahnya berbuat baik? Apalagi dia lebih tua dari aku.”
Mereka mengobrol beberapa lama. Begitu dekat posisi perhentiannya, dia permisi pamit ke rekan kerja seniornya itu. Lalu, turun ke perhentian bus untuk naik angkot lagi.
Setelah kejadian itu, terkadang mereka berpapasan di lorong kantor atau tangga dan saling menyapa. Interaksi mereka tidak lebih dari obrolan singkat. Tapi ia senang karena ada teman baru.
Beberapa tahun kemudian, keadaan si wanita sedang tidak sebaik sebelumnya. Karena satu dan lain hal, ia mendapati dirinya tidak memiliki banyak teman lagi. Teman-teman dekatnya telah meninggalkannya. Terbiasa dikelilingi teman, si wanita sedih dan berpikir harus kemana dia mencari teman.
Ia lalu sering pergi ke masjid, karena masjid satu-satunya tempat dimana ia bisa berpaling dan mengadu. Disana, ia bertemu dengan si rekan senior yang kembali menyapanya dengan senyuman. Tak berapa lama, si rekan kerja sering menemaninya untuk makan dan di waktu shalat. Bahkan mendengarkan curhatannya dan menjadi sahabat karibnya hingga bertahun-tahun kemudian.
Si wanita bersyukur di hari itu ia memutuskan untuk menyapa si rekan kerja senior dan berinvestasi pada kebaikan. Kalau saja ia lebih memilih tidak menyapa dan mengajak obrol rekan kerjanya itu, keadaan tidak akan sama seperti sekarang.
Tentang Berbuat Baik
Berbuat baik kadang jadi sesuatu yang dianggap sebagai sebuah ‘keharusan’ dalam keseharian, lebih kepada ‘agar menjaga hubungan baik’. Tapi tulus atau tidaknya, kembali ke masing-masing.
Hal ini terkadang membuat kita agak samar melihat kepribadian asli seseorang. Apakah ia berbuat baik karena memang baik atau memang keharusan?
Melihat kisah persahabatan di atas, si wanita awalnya hanya ingin bersikap sopan pada teman sekantor. Namun, ia juga berniat bersikap baik. Namun, siapa sangka ternyata mereka akhirnya menjadi dekat di tahun-tahun ke depannya. Tentu atas seizin-Nya.
Yang jelas, di sekolah-sekolah dan di setiap agama yang diakui, berbuat baik adalah sebuah kewajiban. Berbuat baik, yes. Buat jahat, no. Jangan-jangan kita belum sepenuhnya paham kenapa harus berbuat baik?
Kenapa Harus Berbuat Baik
Perlakukanlah seseorang seperti kamu ingin diperlakukan. Ini adalah alasan paling umum kenapa seseorang harus berbuat baik kepada yang lain. Pada dasarnya memang kita akan mendapatkan balasan sesuai dengan yang kita berikan.
Namun, alasan seperti ini sebenarnya alasan untuk mengharap balasan serupa dari orang lain. Bagaimana kalau orang lain tidak membalas dengan baik? Sebagian besar dari kita pasti ngedumel, “Udah dibaekin, kok sikap dia malah begitu!” Padahal, jika kita tidak mengharap pada makhluk lain alias hanya berniat beribadah untuk mencari ridho-Nya, kita takkan begitu terganggu dengan balasan yang tidak diharapkan.
Akan lebih baik kita menelusuri alasan yang lebih dalam kenapa harus berbuat baik. Bukan dari mengharap pada makhluk lain saja, tapi dari pencipta semua makhluk. Terutama jika kita seorang muslim, yang hendaknya juga mencari tahu apa pandangan-Nya tentang kebaikan.
Ayat-Ayat Yang Tentang Berbuat Kebaikan
Berbuat baik beberapa kali disebutkan dalam Al Qur’an. Manfaat mengerjakannya tidak hanya berpengaruh baik ke individu masing-masing, tapi kita pun menjadi lebih dekat dengan menggapai keberkahan-Nya. Beberapa intisari ayat-ayat Al Qur’an tentang kebaikan diantaranya ada disini:
- “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. QS Al-Baqarah ayat 195
- “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. QS Ar-Rahman ayat 60
- “Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula” . QS Az-Zalzalah ayat 7 dan 8
- “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. QS Al-A’raf ayat 56
- Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri”. QS Al-Isra ayat 7
Tak hanya disukai dan dekat dengan rahmat-Nya, berbuat kebaikan pada orang lain ternyata sama saja dengan berbuat baik pada diri sendiri. Masya Allah, hal ini selaras dengan cerita wanita yang berbuat baik pada rekan kerja seniornya di atas.
Lalu, alasan apalagi yang menahan kita dari berbuat baik?
Hal-Hal Yang Membuat Niat Berbuat Baik Tercemar
Kebaikan adalah perbuatan yang positif, dimaknai dari Al Qur’an dan berimbas ke individu yang melakukannya. Namun, hati-hati, jangan sampai niat berbuat baik dicemari oleh hal-hal ini:
Berharap Dipuji
Meski kebaikan itu perbuatan terpuji, hendaknya kita melalukannya semata-mata untuk mengharap ridho-Nya. Melakukan kebaikan dengan mengharap mendapat pujian bukanlah alasan yang tepat karena memiliki motif agar diakui dan dianggap baik oleh makhluk lain. Makhluk lain juga tidak sempurna dan memiliki kekurangan juga subjektivitas tertentu.
Berharap Imbalan Materi
Ingin mendapatkan balasan materi dengan melakukan kebaikan juga bukan alasan tepat. Karena sama saja dengan berharap diupah atau dibayar, sedangkan berbuat baik seharusnya gratis alias tak ada maksud lain selain untuk menolong dan mengharap ridho-Nya.
Berharap Mendapat Kepopuleran
Jika berbuat baik untuk mencari kepopuleran apalagi jika kita dengan sengaja memperlihatkan kebaikan kita di depan umum, maka niat berbuat baik untuk mencari ridho-Nya sudah gugur. Karena jangankan memperlihatkan pada umum, kita berniat berbuat baik saja oleh-Nya sudah Allah ketahui dan sudah dihitung. Apakah mendapatkan perhatian orang lain lebih dianggap utama dibanding mencari ridho-Nya olehmu?
Berharap Ditimbal Balik
Berbuat baiklah maka kebaikan akan datang padamu. Memang, ada janji seperti ini di dalam Al Qur’an. Namun, jika kita dengan sengaja berbuat baik demi mengharap balasan, akan menodai niat baik kita. Karena sejatinya berbuat baik adalah bentuk ibadah. Masih berhakkah kita berhitung dengan kebaikan yang kita lakukan, sementara kita mungkin masih memiliki dosa atau tidak punya amal baik lain untuk menutupi dosa kita?
Penutup
Sunglow reader, yuk berbuat baik. Bukan karena ingin apa-apa selain berharap dekat dengan rahmat-Nya. Dengan melakukan kebaikan, kitapun akan mendapatkan balasan kebaikan. Namun, jangan melakukan kebaikan karena sengaja agar mendapatkan balasan maupun popularitas.
Apakah kamu punya pengalaman dengan berbuat baik pada sesama? Share, yuk.
Referensi
Saya orang yang yakin, kalau berbuat baik tidak pernah salah, baik sama orang sama dengan baik sama diri sendiri…
Buanyak mbak. Mulai dari org yg berbuat baik ke aq, sampai aku yg berbuat baik ke org. Sempat aku tulis di Kompasiana. Pas dulu aq blm kenal blog, aku merantau di Depok brg suami dan anak-anak. Bnr2 ga ada tmn, sodara jauh. Eh ada tmnnya mantan rekan kerjaku bkin pengajian gt. Dia ibu rt aslinya ustazah apa lulusan pesantren gt. Krn msh rempong pny anak kecil2 jadilah kajian di rumah nya. Aq dan 3 org tmnku yg dtg. Kita bahas A-Z kehidupan sehari2 dan fikih nya dlm islam. Intinya aq bersyukur bgt ada beliau saat itu. Smpe akhirnya aku balik ke kampung halaman di jogja. Dan 4 th kemudahan hrs balik ke depok lagi. Beliau adalah salah satu alasan knp aq mau balik. Di tengah sekian byk keengganan dan kekhawatiran. Pdhl cm bbrp kali ketemu, tp membuatku sengat itu akan kebaikannya. Dan bikin aku yakin msh ada byk org baik di Depok
Reminder sekali ini buatku :). Krn terkadang, manusia itu berbuat baik, tapi jauuuh dlm lubuk hati, dia berharap Allah akan membalas kebaikannya. Itu susah sekali terkadang, utk tidak berharap itu. Tapi aku selalu berusaha utk ga pernah mengharapkan balasan dari Allah. Supaya bisa bener2 ikhlas 100% 🙂 .
makasih sharingnya