Mengusahakan Me-Time Tanpa Internet – Sebagai pekerja lepas yang kerja remote, keseharian saya ngga lepas dari internet. Ketika kerjaan masuk, sudah pasti harus menatap layar sampai kerjaan selesai. Pekerjaan saya memakai software yang otomatis terhubung internet dan membutuhkan ketelitian.
Tapi karena praktis, lagi-lagi saya mencari hiburan dari internet. Entah streaming film atau serial, scrolling medsos atau apa saja.
Karena saat bekerja dan sudah intens menatap layar membuat saya menghargai momen ketika saya bisa menikmati waktu tanpa internet (dan layar). Bahkan ketika lagi padatnya kerjaan, saya bisa ‘lega’ cuci piring karena ngga betah lihat piring-piring kotor teronggok begitu saja.
Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni ini yang temanya me-time tanpa internet buat saya ingat kembali jaman belum nyandu internet.
undefined
Lucunya saya sebagai generasi Y pernah merasakan masa menikmati waktu tanpa internet. Hari-hari dimana saya cukup bahagia menggunakan imajinasi saya untuk melewati waktu.
Misalnya memakai software menulis untuk menulis cerita fiksi (saat komputer rumah belum terhubung internet). Kemudian mencetaknya di printer yang sekarang tentunya sudah jadul. Pernah juga lho menulis fiksi dengan handwriting di buku tulis (lalu dibaca teman-teman dekat, hihi).
Pernah juga menggunakan software grafis untuk mengutak-atik foto. Dan retouch foto sesuai kemauan (jauh sebelum aplikasi foto dengan berbagai filter tersedia) sampai coba-coba digital imaging. Wait, versi jadul lagi saat remaja sempat bikin buku kliping berisi aktor favorit berinisial KR (sampai klipingnya dikasih teman-teman, haha).
Ketika remaja coba-coba gambar komik bermodal pulpen dan buku dengan halaman polos. Lebih cilik lagi main orang-orangan dan lama sekali menata juga dekor rumah-rumahan dengan barang-barang seadanya. Pas rumahnya sudah ‘jadi’, malas main orang-orangan-nya.
Internet memang nggak melulu buruk. Bukankah menyenangkan merasa terhubung dengan orang-orang di belahan dunia lain?
Itu yang saya rasakan ketika marak menggunakan mIRC, software chatting yang hits di era akhir 90an. Atau ketika pengunjung dari negara lain mengomentari tulisan blog saya. Atau merasa terkoneksi dengan Mamah MGN yang tinggal di negeri asing.
Saya berulang kali bersyukur menemukan ‘harta karun ilmu’ di internet untuk anak saya belajar. Misalnya bisa melihat kebun binatang live streaming di negara lain, walau pas ditunggu-tunggu binatangnya nggak nongol-nongol di kamera, hahaha. Atau melihat besarnya bumi kita dan keberagamannya melalui google maps.
Di buku Digital for Good, internet nggak selamanya buruk kok untuk anak-anak kita. Malah kalau kita nggak mengajarkan anak seluk-beluk dan bijak pakai internet, bisa bahaya karena arus informasi yang besar.
Kemudian mendapatkan berbagai ilmu dari webinar. Khususnya ketika era pandemi datang, banjirnya webinar-webinar membuat saya bersyukur karena bisa belajar dari rumah.
Namun itulah, seperti juga nasihat yang bilang ‘segala yang berlebihan itu tidak baik’. Maka intensnya penggunaan internet saat ini juga harus direm.
Karena pekerjaan yang sudah lekat dengan internet membuat saya lebih menyeleksi kegiatan refreshing. Walau kalau mau ngaku, belum bisa total lepas dari internet. Seringnya lebih mudah bukan untuk buka aplikasi dan nonton apapun, entah reels atau di aplikasi streaming. Semudah itu agar cari hiburan di internet.
Memang me-time itu perlu sebagai bahan bakar kita tetap beraktivitas, tapi kadang kita bisa kebablasan dan lupa batasannya. Bisa terlena waktu dan sebagainya.
Kadang-kadang saya sudah selelah itu hingga saya ngga mau dulu lihat layar. Seenggaknya inilah beberapa hal yang saya lakukan ketika rehat kerja:
Kegemaran membaca buku sebenarnya sudah dari masa sekolah dasar. Tapi ketika masuk kuliah dan sibuk, kegemaran ini agak terpinggirkan. Apalagi setelah internet sudah mulai marak digunakan.
Meskipun dalam sehari cuma pagi dimana saya bisa total fokus, saya mengusahakan baca buku. Sudah saya lakukan 1-2 bulan ini. Alhamdulillah, sederet buku yang cuma nganggur di pajangan akhirnya ngga jadi ‘pemanis’ aja. Sebenarnya ini kemunduran setelah 2 tahun sebelumnya niat baca buku lagi, tapi paling nggak ada usaha.
Buku yang seru bisa upgrade ilmu kita. Tentunya seru atau nggaknya tergantung minat dan karakter kita. Untuk saya lebih baik pilih buku fisik dibandingkan buku digital.
Kalau me-time artinya memberikan waktu ke diri sendiri, sebenarnya ibadah juga bermakna ke diri kita sendiri. Ibadah adalah masa refleksi dan terkoneksi dengan Yang Maha Kuasa.
Jika kita benar-benar beribadah dengan kesungguhan, biasanya setelah ibadah hati lebih plong dan lega. Apalagi jika kita berdoa minta kelancaran kegiatan, pekerjaan, kesehatan juga rezeki. Kita telah menempatkan beban hati kita kepada-nya dan sejatinya pasrah dengan ketentuan-Nya. Nah sesudah itu biasanya hati lebih ringan.
Aktivitas self-care yang singkat seperti skin care basic menurut saya termasuk me-time. Mengaplikasikan produk ke wajah dan apalagi jika produknya ada efek cool ke muka, karena tempat tinggal di suhu tropis jadi terasa menenangkan.
Sebenarnya mandi pun termasuk perawatan diri. Bagi ibu-ibu yang sedang kerepotan dengan bayinya, bisa mandi saja sudah lega banget. Efek air terkena tubuh yang lagi lengket rasanya menyenangkan.
Menulis jurnal lumayan bisa mengangkat mood dan plong, terlebih jika mencari dalil seperti Hadits dan Qur’an sebagai penawar suasana hati yang nggak enak. Efek menulis tangan di kertas yang berkualitas baik juga menyenangkan.
Sejujurnya ada aktivitas lain yang ingin disebut di atas. Tapi sayangnya aktivitas ini belum lepas juga dari internet. Tapi kalau dipikir lagi, sebenarnya bisa sih nggak pakai internet. Misalnya:
Once in a while, rasanya memang harus kita memaksa diri nggak terhubung internet. Kadang kangen masa belum masuk internet. Tapi internet juga banyak manfaatnya dan memudahkan pekerjaan sehari-hari.
Melakukan kegiatan tanpa internet sama sekali rasanya sulit. Sekarang ini saya masih mengusahakan me-time tanpa internet. Meskipun tipis tapi berguna juga demi sanity.
Menurutmu, apa bisa kita benar-benar nggak terhubung dengan internet di masa sekarang ini?
Dari belajar Etsy, launching ebook Cerita Kuliner sampai sharing pengalaman di WAG Belajar Produk Digital,…
Canva dan Artificial Intelligence (AI) kini jadi dua pilihan utama untuk membuat desain template. Mana…
Update mengenai redesign jurnal refleksi Ibu, Mentari Journal dan versi Bahasa Inggrisnya, Sunrise Journal. Ini…
Produk digital kini jadi peluang menarik bagi ibu rumah tangga yang ingin berkarya sekaligus mendapat…
Momen diam sering dianggap tidak produktif, padahal bisa menjadi ruang me-time ibu sibuk. Di saat…
Menjadi mom blogger bukan sekadar menulis—ada suka dukanya. Kamu harus pintar atur waktu, ide, dan…
This website uses cookies.
View Comments
Bisa.
Coba kalau deket, aku sering2 main deh. Biar aku temenin ngemil hasil percobaan resepnya ditemani kopi dan tanpa internet. Tapi aku teh aja ya! Eh? Hehehe
Wah, teh Andien mirip bnget dengan anakku. Waktu kecilnya suka gambar komik, suka nulis cerpen di buku. Ya karena dia di pondok pesantren yang gak boleh bawa gadget, jadi nulis-nulisnya di buku tulis.
Hobi gambarnya yang membawa dia kuliah di DKV ITS. Sekarang dia jadi ilustrator. Rencananya tahun ini dia mau ambil S2 di ISI Jogja.
Bener juga ya, ibadah itu sebenarnya bisa jadi Me Time yang paling berkualitas. Pantesan kalau muslim wajibnya disuruh sampai 5x sehari. Karena memang seperlu itu meluangkan waktu untuk diri sendiri.
Setuju, salah satu yang disyukuri saat pandemi adalah banyaknya webinar (dan job blogger) yang bisa dilakukan secara online :)
Menurutku, BISA, tapi gak seharian ehehe. Seperti yang Mamah Andina tuliskan, kala sholat, skincare-an, itu bisa completely lepas dari internet. Atau ya sengaja memaksakan diri buat bengong atau melamun, jauh-jauhin HP dari diri sendiri ehehe.
Yang penting seimbang saja.
Dan ohya, aku baru-baru ini menemukan cukup banyak informasi, bahwa meskipun di rumah, tetep wajib pake sunscreen-an, karena layar HP juga memancarkan blue light, yang bsia nembus lapisan kulit lebih dalam dibanding sinar UVB.
aku pernah sesekali gak berhubungan sama internet, itupun kalau lagi males berhubungan sama yg lain.
tapi kalau soal kerjaan, kayaknya perlu internet.
dipikir-pikir, jaman sekarang kayaknya kok susah ya buat jauh-jauh dari internet ,lagi-lagi karena alasan kebutuhan