Desain Template dengan Canva VS Artificial Intelligence

canva-vs-artificial-intelligence_sunglow-mama-1.jpg

Desain Template dengan Canva VS Artificial Intelligence – Waktu saya memulai blog Sunglow Mama ini, Canva kalau gak salah baru-baru berdiri. Mungkin baru 2-3 tahun. Belum ada mesin Artificial Intelligence (AI) dan belum terlalu banyak yang jualan template seperti sekarang. 

Tentunya perkembangan teknologi kini lebih pesat. Rasanya ngga ada brand atau usaha yang ngga memakai sosmed, kecuali memang usaha offline seperti warung di kaki gunung atau lainnya.

Nah kalau sudah buat konten sosmed, harus ada desain template. Apalagi update konten sosmed sebaiknya setiap hari? Kebutuhan template desain sosial media pun meningkat keras. 

Mungkin karena pertumbuhan kebutuhan desain juga produk digital ini jadi makin intens sehingga Canva hadir. Kemudian mesin Artificial Intelligence pun dibuat untuk membuat desain. Kehadiran AI menjawab kebutuhan desain dengan cepat. Tapi apakah efektif? Ini kalau bicara dari sisi user non-profesional atau UMKM, ya.

Saya dan Pengalaman dengan Canva

Dulu, waktu Canva baru rilis saja ada protes dari kaum desainer. Mereka menganggap Canva sebagai ‘bukan benar-benar desain’. Menurut saya sendiri, itu antara ya dan tidak. 

Karena kalau kamu pakai Canva dan langsung pakai template siap pakai, rasanya ngga ada desain-desainnya. Kalau masih memakai elemen-elemennya untuk di bongkar pasang, diedit dan di-custom, rasanya sudah bisa dibilang mendesain. Apalagi kalau kamu sudah punya konsep di kepala.

Desainer kadang bisa membeli atau memakai aset dari platform yang jual aset desain. Kemudian tentu dipermak lagi. Mungkin sudah bisa dibilang, hampir mirip kaya pakai element di Canva yang juga diutak-atik. 

Saat ini saya sering memakai Canva. Lebih karena saya ngga punya banyak waktu atau skill fasih membuat elemen dari nol, karena kesibukan sebagai ibu dan background pekerjaan ke dunia multimedia. Kemunculan Canva waktu saya baru mulai blogging lagi dan memulai usaha reseller dari rumah bermodal handphone saja jadi sebuah keuntungan besar.

Yang kedua, Canva lebih mudah dipakai dalam team. Karena saya juga mengurus komunitas. Misalnya saya berhalangan, tim lain masih familiar dan bisa edit sendiri template dari saya.

Tapi kalau memakai AI untuk membuat desain? Jujurly, saya ngga akan pakai AI untuk mendesain sesuatu yang detail-oriented. Jadi pemakaiannya mungkin cuma buat “sekedar ada” atau “pemanis”. Tapi secara fungsi sepertinya belum pas untuk diandalkan. Detilnya ada di bab di bawah bahasan mengenai Canva:

Canva untuk Mendesain

Wah saya udah lama banget ngga bahas Canva di blog ini. Waktu itu sih karena berhembus kabar kalau Canva terafili4asi oleh golongan yang kini lagi diboikot dunia. Lalu, saya juga lagi ngga fokus menunjukkan skill Canva. Lebih ke blogging dan kehidupan pekerja lepas.

Tapi untuk rekap singkat, buat kamu yang belum tahu Canva, dia adalah aplikasi drag-and-drop desain grafis online. Ia dibuat agar non-desainer bisa mudah memakai dan membuat desain sendiri. Karena mudah digunakan, Canva untuk UMKM juga cocok.

Cara membuat desain dengan Canva yaitu cukup daftar dan login memakai e-mail. Fitur kustomisasinya dalam berbagai bagian desain juga banyak dan fleksibel.

Dalam perkembangannya, Canva kini bisa membuat banyak hal yang berhubungan dengan desain. Tak cuma template, desain logo, header blog atau bahkan desain sertifikat

Dia sudah bisa membuat web desain, template CV, edit video dan banyak lainnya. Canva juga sudah mengintegrasikan AI dalam segala template yang mau kita buat. Ada banyak aplikasi juga yang ‘masuk’ Canva, seperti platform image bank, berbagai filter dan efek, voice over dan lain-lain.

feed instagram komunitas MGN

Seperti yang juga saya sebutkan, Canva mudah dipakai untuk non-profesional maupun profesional. Juga mudah digunakan untuk bekerja dalam tim. 

Namun kekurangannya, Canva nggak bisa terlalu custom elemen desain atau membuat vektor yang kompleks. Keterbatasan fitur karena memakai Canva gratis juga bisa menghambat penciptaan desain, walau mungkin ada yang bisa diakali. 

Kalau kamu nggak hati-hati, orang bisa mengenali template-mu sebagai template Canva. Karena mungkin kurang di-custom atau diedit lagi. Jika kamu berusaha terlihat profesional, hal ini bisa jadi kekurangan.

desain template dengan Artificial Intelligence

Canggihnya teknologi masa kini, bahkan ada AI yang bisa mendesainkan template untuk kita. Cara kerjanya sama, mesin AI mengumpulkan banyak preferensi data dan desain (misalnya brand guideline atau karakter target pasar) kemudian menghasilkan desain yang dari data tersebut sesuai.

Mesin AI bisa ‘mempelajari’ karakter gambar dan visual lalu generate sesuai prompt atau perintah yang kita mau. Secara efisiensi waktu, ini mungkin sebuah keuntungan besar. Desain cepat dengan AI untuk produksi massal, ya cocok.

Kekurangan desain AI dalam hal template adalah potensi kurangnya unsur unik, kurang punya karakter, kurang tepat sasaran (apa karena saya sendiri sudah punya bayangan harusnya jadinya seperti apa). Kita harus menuliskan prompt yang lengkap. Namun itupun ngga menjamin hasilnya sudah siap pakai. 

Sejauh ini sih ketika saya coba-coba memakai AI untuk mendesain, lebih untuk proyek homeschooling anak dan biar cepat pakai, ternyata hasilnya ngga sesuai. Ujungnya saya buat sendiri. Terakhir ketika saya mencoba membuat jurnal proyek anak saya (memakai AI di Canva). Ini perbandingannya:

kiri: desain log game project anak pakai Canva AI, hasilnya terlalu serius dan bagian header terlalu besar, kanan: desain developer journal yang saya buat di Canva

Sementara pernah juga saya ingin anak belajar sejarah dari kerajaan tertua di Indonesia. Saya coba menggunakan ilustrasi chatGPT. Ternyata hasilnya agak generik dan ditambah anak saya ngga suka dengan ilustrasi AI (karena sudah sering dilihat). 

Mencoba generate bahan belajar worksheet anak tentang kerajaan Indonesia tertua. Hasilnya sebenarnya bisa lebih efisien lagi.

Kalau untuk generate ide kegiatan, saya akui bagus-bagus idenya. Tapi untuk desain? Selama ini belum cocok. Kecuali jika saya ngga mementingkan visual dan cukup ‘sekedarnya’. 

Perbandingan Canva dan AI dalam mendesain

Jika kita bicara tools desain, kini kita bisa dibantu Canva yang punya template melimpah (juga banyak yang jual di marketplace). Kita bisa juga dibantu Artificial Intelligence

Tapi menurut saya sih (yang mungkin suka punya bayangan atau idealisme sendiri) suka nggak puas menyerahkan desain pakai AI. Sepengetahuan saya, saya berusaha menuliskan prompt selengkapnya. Tapi hasilnya mengecewakan. 

Apakah harus pakai yang berbayar biar lebih bagus hasilnya? Sayangnya saya ngga mau invest sejauh itu (karena saya masih bisa buat sendiri). 

Jadi kalau melihat kelebihan dan kekurangan keduanya, saya masih lebih suka custom dan desain pakai Canva. Kelebihan Canva dibanding AI yaitu ia lebih memberi kita kebebasan mengatur desainnya.

Seperti juga saya pernah sebut ketika prihatin banyak orang termakan tren AI Ghibli, sepertinya AI ngga usah sampai merambah ke seni dan desain. Mungkin bisa hemat biaya energi, tapi kurang bisa menyentuh hati. 

Ini masih ngomongin template desain. Bukan ilustrasi. Bayangkan saja kalau ilustrasi untuk digunakan Bapak penulis cerita anak Rumah Kurcaci Pos memakai AI, saya rasa hasilnya mungkin akan kurang menyentuh hati.

Kesimpulan 

Canva vs AI, efektif yang mana? Keduanya baik AI maupun Canva memiliki opsi menghasilkan desain yang cepat dan low human cost. AI khususnya bisa untuk produksi massal dan hasil generik.

Tapi semua kembali ke pilihan masing-masing. Silahkan memilih sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan. 

Ibaratnya seperti ingin membuat cerita anak cepat pakai AI, ya bisa saja di-generate. Tapi tentu berbeda jika dihasilkan dari benar-benar penulis, seperti dongeng-dongeng yang dituliskan di blog tempat berbagi cerita dan ceria ini. Lebih “human” dan punya karakter. 

Kalau saya sih sejauh ini lebih puas mendesain sendiri. Tapi kalau kepepet dan butuh cepat (bukan untuk pekerjaan desain khusus), saya bisa mengandalkan AI. Terkadang hasilnya ngga memuaskan juga sih sebenarnya.

Nah bagaimana pendapatmu? Pernahkah coba membuat template desain pakai Canva atau AI? Bagaimana pengalamanmu? 

Oh ya, yuk support blog Sunglow Mama dengan subscribe mailing list kami 🙂 Terima kasih sudah baca ya.

13 thoughts on “Desain Template dengan Canva VS Artificial Intelligence”

  1. Canva ini andalanku banget mbaa sampai saat ini dan belum ngulik sampai detail banyak juga masih proses belajar dan aku juga sangat terbantu karena jiwa seni ku yang memang kurang jadi aku sangat suka ada banyak template yang bisa kupakai disana tinggal nanti aku sesuaikan dengan desain yang aku inginkan..
    Kalo AI aku belum banyak menggunakan mungkin karena harus detail banget ya prompt nya kalo mau yang mendekati keinginan kita jadi kadang suka langsung kerjain sendiri aja

  2. Kalu canva memang uda sangat familiar sekali yaa.. dan bener, serasa bukan kita yang pinter desain. Kita hanya menambahkan kurangkan apa yang sudah tersedia di template canva.
    Bahkan.. beberapa desain bisa jadi sama, namun hanya berbeda warna. Agak kurang orisinil yaah..

    Beda kalau desainnya menggunakan Adobe Photoshop, misalnya…
    Serasa beneran desain dari nol banget dan dikembangkan sesuai dengan imajinasi.

    Dibandingkan desain AI, aku belum ngulik terlalu jauh juga sih yaa..
    Masih anak canva banget niih.. selain mudah, pastinya kecepatan bisa menjadi point plus untuk membuat sebuah ilustrasi gambar yang sesuai.

  3. Setuju, sesuaikan dengan kebutuhan dan kecocokan..Bagi pengguna yang menginginkan lebih banyak opsi dan kendali kreatif, Canva adalah pilihan terbaik . Namun, bagi mereka yang mencari pilihan template yang ringkas dan sederhana tanpa mengorbankan profesionalisme, AI menawarkan opsi desain yang solid dengan lebih sedikit usaha

  4. Kalau umma melihat memang buAtan manusia tetap lebih natural dibandingkan kecerdasan buatan. Bagaimana pun fitrahnya kita lebih menyukai sesuatu yang bersifat orisinal

  5. Setuju mba…sebenarnya sih sesuai dengan kebutuhan aja sih mau pakai Canva atau Ai, kalau saya sih yang jiwa seninya minim dan males ribet masih lebih nyaman pakai template Canva mba.

  6. Jujurly saya banyak terbantu dengan Canva, secara saya kan tidak bisa desain jadi ngulik Canva kok bisa menghasilkan gambar yang apik. Tetap butuh kreativitas sih untuk mengulik elemennya.
    Setiap hal ada plus minusnya sih tinggal bagaimana kita menggunakannya

  7. aku juga pakai canva mbak buat bikin header di artikel tapi nggak benar-benar memaksimalkan fungsi canva sih soalnya kurang kreatif anaknya. nah kalau AI belum banyak makai diriku buat desain padahal katanya membantu banget ya AI ini buat konten kreator karena bisa bikin konten kita lebih cepat dibuat

  8. Aku lebih sering pakai template canva
    Pernah sih coba pakai ai, tapi sekarang jarang. Krn agak kurang pas menurutku. Mungkin aku nggak ahli milih prompt nya

  9. Daya imajinasi saya kurang bagus mbak, jadi kayaknya klo bikin desain from scratch gitu belum sanggup. Biasanya pake desain yang ada di canva, ntar diubah2 dikit elemen2nya.

  10. Dari awal kenal sampe sekarang saya masih setia dengan Canva, Mba. Apalagi alasannya kalau bukan karena saya nggak ada jiwa seninya blas, hehehe… Pernah bikin desain sendiri, walah, kok jadinya kurang menarik. Alhasil angkat tangan dan berakhir utak-atik template yang ada di situ deh

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Scroll to Top