Tentang Pembajakan Karya Desain di Internet dan Cara Menyikapinya

pembajakan desain

The day has come. Akhirnya, tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog adalah Budayakan Hidup Tanpa Bajakan. Ternyata saya mengalami beberapa pengalaman tidak mengenakkan soal ini. Dan, ternyata pengaruhnya sampai sekarang.

Akhirnya saya putuskan untuk menulis soal pengalaman ikut kontes desain. Sebenarnya saya juga ada pengalaman artikel blog saya dibajak. Tapi si pembajak menurunkan artikel setelah saya komentar. Saya anggap itu sebagai keteledoran saja.

Topik saya kali ini adalah mengenai pembajakan desain. Karena selain tulisan, pembajakan desain termasuk marak dan yang bikin kezel itu si pembajak sering dengan ‘ringan’ mencomot desain orang. Nah, ini ada sedikit pengalaman saya mengenai topik ini.

Pengalaman Ikut Kontes Desain Yang Bikin Kapok

Mungkin beberapa dari kalian tahu situs-situs kompetisi desain seperti 99designs.com atau freelancer.com. Website kontes desain ini memiliki banyak sekali project dan membuka peluang untuk semua orang di dunia berpartisipasi.

Dengan dibayar puluhan hingga ribuan dolar per project, tentu banyak yang ngeces dengan peluang ini. Yah, 1 dollar saja kala itu bisa belasan ribu. Tetap lumayan kalau dirupiahkan.

Saya salah satu yang tergiur dengan kesempatan ini, terutama di tahun 2008-2009 kalau tidak salah. Waktu itu situs 99designs.com belum lama ada. Yang ikutan juga tidak sebanyak sekarang. Alhamdulillah, saya sempat menang dan jadi buat saya semangat ikutan lagi.

Tapi dengan kesibukan saya di kantor, nggak mudah untuk meluangkan waktu ikutan kontes desain. Saya mencuri-curi waktu sebelum tidur di waktu kerja untuk ikutan.

Menurut teman yang juga suka ikut kontes, peluang menang itu besar ketika kita salah satu yang pertama setor. Dengan semangat, saya setor desain jadi yang pertama. Berharap desain saya dapat rating tinggi.

Tapi ternyata saya kecewa sekali ketika banyak desain setelah setoran saya meniru desain yang saya buat, dengan sedikit modifikasi atau bahkan lebih terpoles dari desain saya. Kebetulan klien ini memberi brief tanpa minta spesifik bentuk tertentu, jadi aneh jika beberapa desain yang masuk setelah desain saya setor malah bentuknya mirip-mirip dengan saya.

Mungkin waktu itu kemampuan saya tidak se-expert desainer-desainer yang meniru konsep saya. Tapi kejadian ini cukup buat hati saya terpotek. Tambah berkeping-keping karena klien memberi rating lebih tinggi kepada peniru-peniru daripada saya.

Klien kala itu tidak peduli dengan siapa yang lebih duluan. Siapapun yang sesuai dan bagus menurutnya, akan dia beri rating tinggi. Saya sadar mungkin memang bukan rejeki, tapi saya jadi ngeri mau submit desain lagi.

Salah satu logo yang Alhamdulillah menang di kontes desain 99designs.com

Kini 99designs sudah punya sistem yang lebih pintar. Si pemilik project bisa mengatur setting project jadi private alias hanya dia dan desainernya yang bisa lihat setoran desain. Mungkin banyak aduan dan protes juga yang memiliki kasus yang mirip dengan saya.

Sayapun lebih memilih project yang private atau blind demi privasi dan melindungi ide dan konsep saya. Lalu, saya sadar ‘beginilah’ dunia desain. Dunia dimana konsep dan desain bisa saja ‘didaur ulang’ dan ‘dipoles’ demi kepentingan sendiri. Salah satu yang buat saya enggan terlalu serius di dunia desain.

Kini saya lebih memilih mencari project atau klien dibandingkan ikut kontes desain, karena kontes desain rawan pencurian ide dan skala untuk menang lebih kecil. Ditambah segala energi dan waktu yang kita curahkan demi memenangkan kontes desain, lebih baik dialokasikan ke project yang memang untuk kita sendiri (dan pasti dibayar).

Entri packaging design kolaborasi project desain di 99 Designs dengan suami

Sayapun kembali fokus ke dunia multimedia dan tidak lagi ikut-ikutan kontes desain, sampai suami mengajak kolaborasi beberapa tahun berikutnya. Kira-kira 3 tahun lalu, saya dan suami sempat berkolaborasi bersama mengincar project desain untuk packaging di 99designs. Saya mengonsep dan suami merealisasikannya dalam bentuk 3d. Paksu malah menemukan minat besar di logo designing dan saya sangat dukung.

Mengatur Mindset Tentang Pembajakan Desain

Apapun Yang Masuk Internet Jadi ‘Milik Bersama’?

Mendengar saya akan menulis pengalaman desain ‘diambil’ waktu di kontes desain, suami berpesan,

“Apapun yang sudah disetor ke dunia internet, berarti sangat mungkin karya kita diambil.”

Pengalaman saya menjadi pembuat konten dulupun, koordinator saya dulu selalu membolehkan saya ambil sumber dari sosmed. Karena apapun yang sudah masuk sosmed, sudah nyaris bebas diambil sebagai bahan (tentu ada kewajiban menyebutkan narasumber).

Pernah juga punya pengalaman sebagai marketer, dimana agen saya dulu mengharuskan kita sering sharing di sosmed. Bahan sharing-nya? Kita bisa ambil ‘inspirasi’ dari tulisan orang lain dan menulis dengan gaya kita sendiri.

Tentunya saya nggak setuju dengan metode ini. Meskipun goal marketer adalah menjual, nggak dibenarkan juga rewrite tulisan orang ‘dengan gaya sendiri’ atau ‘ubah-ubah sedikit’.

Atau, mengutip pengalaman teman yang pernah dibajak gambarnya, seseorang ini cuma ‘ambil-ambil saja dari internet’ atau bahasa canggihnya, ‘terinspirasi’. Terinspirasi seharusnya adalah perasaan terstimulus kreativitasnya dan seharusnya ada dorongan mengapresiasi stimulannya, bukan mengklaim karyanya.

Intinya, jika kamu ingin mengunggah apapun ke internet, harus siap-siap dengan pembajakan. Harus siap mental bahwa mungkin ada seseorang yang mencomot tulisan, foto, video dan desainmu. Fakta yang mengerikan. Tapi, itulah adanya.

Tak Ada Yang Benar-Benar Orisinil Lagi

Untuk sepenuhnya klaim hak cipta, sayapun masing ingat perkataan dosen waktu saya kuliah dulu, bahwa kini tak ada lagi yang orisinil. Jika dipikir-pikir, dulu perkataan ini saya dengar tahun 2003-2004. Sekarang sudah tahun 2021. Tentu segala karya yang ada kini sudah terinspirasi dari mereka yang terinspirasi dari yang sebelumnya, dan berlanjut terus.

Seorang desainer bisa terinspirasi karya orang lain dan membuat karya dengan gayanya sendiri. Dulu animasi Jepang meniru animasi Disney, kini mereka punya gaya sendiri. Tak masalah jika meniru ini untuk pencarian jati diri. Tapi untuk seterusnya meniru dan bahkan seakan tidak punya personality, it’s a big no.

Di masa sekarang untuk mengklaim benar-benar bahwa suatu karya itu ‘milik saya’ dan ‘saya yang pertama kali membuatnya’ memang sedikit susah. Bagaimana ‘si saya’ ini bisa jamin bahwa dia sendiri tidak terinspirasi karya orang lain?

“Semua ide baru hanyalah campuran atau leburan dengan satu ide atau lebih”

Buku Steal Like An Artist, Austin Kleon

Kutipan-kutipan dari bab Mencuri Seperti Seniman di buku Steal Like An Artist penuh dengan kutipan bahwa seniman besarpun ‘mencuri’, tapi mencuri untuk menemukan karya sendiri dan atas nama seni. Bukan menjiplak demi mendapatkan keuntungan. Bukan semata-mata demi materi dan juga kepopuleran.

Sebenarnya pola pikir ini untuk menepis pemikiran desainer yang terlalu menuhankan desainnya (aih, berat banget ya). Klaim bahwa sebuah karya 100% kita sendiri yang buat sudah tidak benar-benar bisa dibuktikan. Mari sama-sama menyerap pemikiran ini sebelum berang akan seseorang yang diduga meniru desain anda.

Lindungi Karya Sendiri

Meskipun kita tak bisa mengontrol bagaimana dunia menyaplok desain atau karya kita, setidak-tidaknya perlindungan karya kita harus diupayakan dari diri sendiri.

Butuh sedikit usaha, tapi bukankah sedikit ekstra itu paling nggak memperlihatkan kalau kita menghargai effort kita sendiri? Sebuah bentuk menghargai kerja keras sendiri.

Nah, ada beberapa cara agar karya kita lebih terlindungi:

3 Usaha Agar Karya Desain Tidak Dibajak

Berat memang pekerjaan desainer dan artis. Sudah susah menjadi orisinil, kini harus juga awas diri akan pembajakan. Everybody’s trying to be different today. Jadi ya sudah, jadi diri sendiri saja (gak nyambung sih ini sama topik).

Inilah beberapa usaha yang saya tahu bisa menghalangi pembajakan desain:

Tambahkan Watermark

Jika ingin mengunggah karya ke internet, selalu tambahkan watermark atau stempel digital di dalam gambar. Butuh sedikit usaha, tapi dengan adanya watermark, setidaknya ada ‘jejak’ bahwa karya tersebut dibuat oleh anda. Tambahkan watermark dengan ukuran dan warna jangan lebih menonjol dari si karya. Tambahkan nama anda atau nama website, juga bisa nama akun sosmed.

Unggah ke Pihak Terpercaya

Selalu unggah karya kita ke pihak yang dapat dipercaya. Semua memang tergantung desainer, apakah karyanya hanya mau diperlihatkan pada calon klien. Atau unggah di blog/website yang pakai script/plug-in yang memproteksi gambar, maupun berjanji bahwa semua karya tidak akan dipindahtangankan atau aman semua datanya.

Buat Perjanjian Dengan Klien Maupun Calon Klien

Yang ini memang butuh sedikit ketegasan maupun kepercayaan diri desainer, untuk membuat perjanjian dengan klien maupun calon klien bahwa setiap karya dan konsep tidak bisa diambil tanpa kredit atau sepengetahuan desainernya. Untuk itu desainer harus hati-hati dalam membicarakan konsep, jangan sampai diambil atau digunakan tanpa kredit atau sepengetahuannya.

tantangan blogging mamah gajah ngeblog.jpg

Penutup

Pembajakan karya desain memang sudah jadi ‘makanan’ sehari-hari di dunia internet. Tapi bukan berarti dibenarkan juga. Mungkin mudah mendapatkan karya milik orang lain, tapi nurani pasti tidak bisa dibohongi (kalau masih punya). Sebagai pemilik karya juga harus bijak dan aware bahwa kini setiap orang bisa punya inspirasi yang sama, sehingga tidak langsung naik darah melihat karya yang mirip.

Bagaimanapun, siapa yang mau membajak, apapun itu mungkin harus bertanya ke diri sendiri pada suatu titik, “Apa cuma bisa dengan seperti ini cara saya mendapatkan apresiasi dari pekerjaan saya?” Juga, “Apa cara ini akan bisa bertahan lama?” Dan yang terpenting, “Apakah pekerjaan ini berkah?”

Bagaimana menurutmu tentang topik ini?

sunglow mama signature

12 thoughts on “Tentang Pembajakan Karya Desain di Internet dan Cara Menyikapinya”

  1. Aku udah baca tuh buku-buku Austin Kleon mulai dari Steal like an artist, show your work sampai keep going. Intinya sih di dunia ini ide adalah hal yg paling gampang dicuri memang, makanya lebih baik memang langsung bikin produk yang jelas bayarannya ya. Setidaknya idenya sudah dibayar dan dengan perjanjian tentunya.

    Tetap semangat berkarya, walaupun pencuri/pembajak mengintai senantiasa, hehehe..

  2. memang kesel ya kalau tiba-tiba nemuin desain kita diambil atau dicomot sama pihak yang mungkin nggak ijin dulu ke kita.
    dari awal pertama aku ngeblog foto traveling, aku tambahin watermark nama blogku, teruss lama lama kok makan waktu mau edit foto. Akhirnya untuk foto tertentu aja yang aku tambahi watermark

  3. Saya pernah mendapati blogpost saya tayang ulang berturut-turut di web jualan, padahal tak ada kaitan sedikitpun materi yg dibahas dg yg dijual. Entah apa maksudnya, tapi saya keberatan,untung akhirnya dia menghapus tulisan2 itu dan (mungkin) melepas alat yg digunakannya. Oya mba..saya setuju sekali dg ke-3 pertanyaan yg hrs diajukan sblm mau ‘mencuri’ karya org lain

  4. mba aku jadi inget beberapa waktu lalu ada yang speak soal ikutan kompetisi desain di tiktok, jadi ternyata sebenarnya kebanyakan panitia yang mengadakan lomba desain itu bukan mau mencari desain terbaik tapi hanya ingin mengumpulkan desain sebanyak mungkin karena yang namanya kompetisi kan pasti banyak yang ikutan yah. dan biasanya desain hasil kompetisi akan menjadi milik penyelengara baik yang menang ataupun tidak.

    mengsedih deh kalau banyak yang melakukan seperti itu

  5. Setuju dengan perkataan dosennya kalau sekarang sudah tak ada lagi atau sedikit sekali karya yg orisinil, soalnya pasti terinspirasi dari sebelumnya. Namun memang etika desainer harusnya jangan mencuri atau sampai merugikan ya, creator juga karena case ini hrs persipan melindungi karyanya dg daftar ke pihak yg legal utk mengurus.secara hukum

  6. topiknya berat ya mba wkwk bikin mikiiir.. apalagi kerjaan saya jadi content writer, biasanya sih untuk nulis konten, saya udah punya outline yg asalnya dr kepala sendiri, baru deh kalau ada bahan yg ga dikuasai mencari referensi di internet. Selalu mencantumkan referensi tapi kalau dr kliennya dihapus ya itu di luar tanggung jawab Bismillah berkah

  7. waduh mba nyesek banget itu desain akhirnya dicontek juga merasakan banget potek sepoteknya ga cuma desain sih mba tulisan blog juga kadang sebel aja ada yang niru apalagi kalau sampe judul dan alur cerita yang sama makin potek hati

  8. yang namanya kontes/pitching itu menurut saya agak curang yaaaa, krn pihak penyelenggara jadi dapat banyak ide, lalu nanti tinggal dipoles dan dibedain dikit deh huhuhu. karena saya dulu anak agency jadi sudah biasa bgt sm yg namanya pitching tuh, ya kadang keselnya ya gitu, pitching cuma dijadiin alat utk cari ide aja, bkn bener2 mau hire hiks padahal ide itu priceless bgt harusnya dihargai setimpal yaa

    1. Ini nih ranah yang masih rentan plagiarisme dan
      bajakan. Desain. Karena orang pikir dengan gampang bisa mencontek desain orang. Tinggal ubah font ubah background ubah detail padahal creatornya setengah mati bikin dan mikirnya. Semoga lama – lama orang sadar yaa kalau desain juga tidak cuma cuma.

  9. keren banget mbak bisa bikin desain kayak gitu. pastinya nyesek banget ya, mbak kalau desain kita sampai dicomot orang padahal mikirin ide desainnya aja susah banget dan pasti ada filosofinya. jadi ingat dulu di kantor ada lomba logo ulang tahun perusahaan trus belakangan ketahuan pemenangnya logonya nggak orisinil alias ngambil dari internet

  10. Pingback: Membuat Instagram Carousel Praktis Untuk Bisnis Maupun Personal - Sunglow Mama

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Scroll to Top